top of page

Berkenalan Dengan Salah Satu Primadona Perkebunan

Hallo, Assalamualaikum Wr. Wb.


Banyak diantara kita pasti telah mengenal tanaman kelapa sawit, tanaman yang saat ini menjadi salah satu primadona perkebunan dan dikenal juga sebagai salah satu penghasil produk minyak nabati (unggulan) beserta segala produk derivatif-derivatifnya (turunan). Sehingga tidak heran kini semakin banyak masyarakat dan perusahaan-perusahaan yang berlomba ikut mengusahakan kelapa sawit sebagai komoditas utamanya. Tentunya ikut berdampak pula kepada semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan penelitian mengenai tanaman kelapa sawit ini.


Namun tak sedikit pula yang belum mengetahui dan mengenal tentang tanaman kelapa sawit ini, mungkin saja hanya sebatas tahu bentuk tanamannya, hanya tahu bentuk buahnya, atau hanya tahu hasil produksinya saja. Nah, sebagai penambah wawasan maka kali ini kita akan coba merangkum dan berkenalan singkat dengan tanaman kelapa sawit yang sedang menjadi primadona perkebunan saat ini. Seperti kata peribahasa lama 'tak kenal maka tak sayang'. Maka tidak akan berlama-lama hanya 10 menit saja, yah namun jika masih merasa penasaran bisa lanjut mempelajarinya lebih dalam. Semoga postingan ini dapat semakin menambah pengetahuan kita, kuy !

I. Anatomi Tanaman

Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Benua Afrika dan didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1800-an. Tanaman ini dapat hidup selama puluhan tahun dan dapat aktif berproduksi optimal hingga mencapai umur 25-30 tahun. Pohonnya (palmae) dapat tumbuh tegak tinggi hingga mencapai ketinggian 24 m dan memiliki perakaran serabut luas yang mengarah kebawah dan kesamping. Daunnya tersusun secara majemuk-menyirip, dengan bagian batang diselimuti bekas pelepah hingga umur tanaman 12 tahun. Kelapa sawit berkembang secara generatif, bunga jantan dan betinanya terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious) dan memiliki waktu matang yang berbeda sehingga sangat jarang dapat terjadinya penyerbukan sendiri. Buahnya bergerombol didalam tandan yang muncul dari tiap pelepah daun, dan kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Namun setelah melewati fase matangnya, kandungan asam lemak bebas dalam buah dapat meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya. Minyak sawit yang terdapat pada bagian mesocarp (karotenoid) mengandung 41% lemak jenuh, dan minyak inti sawit yang terdapat pada bagian endosperm + embrio (non-karotenoid) mengandung 81% lemak jenuh dengan kualitas tinggi.


Adapun tipe-tipe sawit berdasarkan ketebalan cangkangnya dapat dibagi dan dikenali dengan : a. Dura, dikenal sebagai tetua betina memiliki cangkang inti (endocarp) yang tebal, tandannya besar, dengan kandungan minyak mencapai 18% per tandan.

b. Psifera, dikenal sebagai tetua jantan memiliki cangkang inti tipis dan kandungan minyak sawit rendah.

c. Tenera, dikenal sebagai unggulan dari hasil persilangan Dura x Psifera yang memiliki cangkang buah (eksocarp) tipis namun bunga betinanya fertil (subur), dengan persentase 90% daging buahnya, dan 28% kandungan minyak per tandan.


II. Syarat Tumbuh

Tanaman kelapa sawit dapat hidup dengan optimal pada habitat semak belukar (tropis), dengan ketinggian 0-500 m dpl (dari permukaan laut). Adapun kelembaban udara optimal yang dibutuhkan 80-90% dengan pola curah hujan yang stabil setiap tahunnya (2000-2500 mm) karena hal ini dapat mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi. Tanaman kelapa sawit membutuhkan pH (kondisi asam-basa) tanah 4-6, dengan keadaan drainase dan aerase tanah yang baik (tidak tergenang/kekeringan).


III. Teknis Budidaya

a. Penyemaian, kecambah kelapa sawit dapat dimasukkan kedalam polibag 12 x 23 cm ukuran 2 kg dengan tanah top soil (humus) yang telah diayak dan lembab. Simpan polibag di bedengan setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai, bibit kemudian dapat dipindahkan ke polibag 40 x 50 cm ukuran 15-30 kg dengan tanah top soil, polibag kemudian diatur kedalam posisi segitiga sama sisi (90 x 90 cm).

b. Pemeliharaan Bibit, bibit-bibit yang telah tumbuh dilakukan penyiraman 2 kali sehari (pagi dan sore), kemudian dilakukan penyiangan (gulma) 2-3 kali sebulan. Dilakukan penyeleksian bibit pada umur 4-9 bulan, yakni dengan memisahkan bibit yang tumbuh normal dan membuang bibit yang tumbuh abnormal.

c. Pembuatan Lubang Tanam, dengan ukuran 50 x 40 x 40 cm, dalam jarak tanam 9 x 9 x 9 m, jadi untuk populasi 1 ha bisa mencapai 135-145 pohon, ini dimaksudkan untuk menghindari persaingan penyerapan unsur hara, air, dan cahaya matahari. Pada areal berbukit juga dibuatkan teras melingkar sebagai upaya konservasi lahan. Penanaman dilakukan pada awal musim penghujan, dengan pemupukan dilakukan pada awal musim dan akhir musim hujan pula.

d. Pemeliharaan Tanaman, dilakukan penyulaman pada tanaman yang mati dengan bibit yang berumur 10-14 bulan.

e. Pemangkasan Daun, pemangkasan pasir dilakukan untuk membuang daun-daun yang kering ataupun buah pertama/busuk, yakni pada tanaman berumur 16-20 bulan. Pemangkasan produksi dilakukan untuk memotong daun yang saling menumpuk untuk persiapan panen pada tanaman 20-28 bulan. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan dengan membuang daun yang menumpuk secara rutin kemudian menyisakan hanya 28-54 helai saja.

f. Kastrasi Bunga, merupakan pekerjaan pemotongan (pengkebirian) dengan menggunakan alat potong (chisel) pada bunga jantan maupun betina yang masih muda pada tahap tanaman sawit mulai berbunga (awal masa TBM) 14-20 bulan. Kemudian berhenti dilakukan pada 6 bulan terakhir sebelum masa panen (bulan ke-18). Kastrasi dimaksudkan guna memacu dan mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman. Adapun tujuan kastrasi diantaranya untuk mengalihkan nutrisi untuk pertumbuhan vegetatif fisik, menjadikan pohon-pohon lebih kuat dan pertumbuhan menjadi seragam, menjadikan pertambahan buah lebih besar, dan dapat menjaga sanitasi tanaman daripada terserang penyakit dan hama.

g. Penyerbukan, adapun penyerbukan buatan dapat terjadi oleh bantuan manusia dan serangga. Penyerbukan dengan bantuan manusia dilakukan pada saat bunga betina telah represif, dan dilakukan dengan menyemprotkan serbuk sari + talc kepada kepala putik. Penyerbukan buatan dengan bantuan serangga (Elaeidobius Kamerunicus) yang tertarik pada aroma bau bunga jantan, sehingga serangga ini dapat dilepas pada saat bunga represif. Keunggulan dengan cara ini adalah tandan buah dihasilkan lebih besar dengan produksi minyak 15% dan memiliki bentuk yang sempurna.

h. Pemupukan, pemberian pupuk haruslah selalu mematuhi prinsip 4T (Tepat Waktu, Tepat Dosis, Tepat Jenis, Tepat Metode). Pemberian pupuk N dan K dilakukan 2 kali per tahun dengan jarak aplikasi 2 bulan. Pemberian pupuk lainnya seperti P, Mg, Cu, dsb. dilakukan sesuai dengan rekomendasi pemupukan. Pada tanaman muda yang berumur kurang dari 7 tahun dilakukan aplikasi dari batas luar (piringan) mengarah kedalam mendekati pohon. Pada tanaman remaja yang lebih dari 7 tahun dilakukan aplikasi dari batas luar (piringan) mengarah keluar sejauh 1 m. Kemudian untuk tanaman tua dapat dilakukan aplikasi pupuk pada parit/gawangan.


IV. Hama dan Penyakit Utama

a. Hama Tungau Merah, oleh Oligonychus yang menyerang bagian daun sehingga daun menjadi mengkilap dan berwarna bronze. Pengendalian dapat dilakukan dengan mengunakan pestisida.

b. Ulat Setora, oleh Setora Nitens yang menyerang bagian daun sehingga daun menjadi habis dimakan. Pengendalian dapat dilakukan melalui pengutipan dan penggunaan pestisida.

c. Penyakit Root Blast, oleh Phytyhium Sp. yang menyerang bagian akar dengan gejala tanaman tampak layu dan sistem perakaran membusuk. Pengendalian dengan cara membuat persemaian yang baik dan pengaturan air irigasi pada saat musim kemarau.

d. Garis Kuning, oleh Fusarium Oxysporum yang menyerang bagian daun dengan gejala tampak bulatan-bulatan oval kekuningan pucat yang mengelilingi warna cokelat pada daun yang mengering. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara menginokulasikan penyakit pada bibit dan tanaman muda.


V. Sistem Panen

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah berumur 2,5 tahun, dan dapat dipanen jika tanaman telah mencapai umur 31 bulan. Ditandai dengan sedikitnya 60% buah telah matang panen, yakni dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang jatuh dari tandan yang beratnya lebih kurang 10 kg atau lebih. Kriteria panen apabila tingkat kematangan buah mencapai fraksi 1-3 dimana Untuk tanaman yang berumur kurang dari 7 tahun, pemanenan dilakukan dengan menggunakan alat dodos dan gagang pipa besi, sedangkan untuk tanaman berumur lebih dari 7 tahun maka pemanenan dengan menggunakan egrek dan gagang bambu. Secara umum kegiatan pemanenan dimulai dengan pemotongan tandan buah segar, pengutipan berondolan yang jatuh dipiringan, pemotongan pelepah daun, pengangkutan hasil panen ke TPH, dan terakhir pengangkutan ke Pabrik Kelapa Sawit/PKS (dalam waktu 24 jam). Apabila dilihat dari perubahan warna kulit buahnya (jingga-merah) yakni buah memiliki kandungan minyak maksimal dan mendapatkan rendemen minyak yang tinggi serta berkualitas baik. Kriteria panen lainnya yang harus diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi panen, sistem serta mutu panen.


Sistem panen dilakukan apabila tandan buah matang harus mempunyai sedikitnya 1 berondolan dipiringan sebagai tanda buah siap panen. Dilakukan perotasian panen dalam interval 7-10 hari. Pelepah-pelepah yang ditunas dipotong kemudian disusun rapi pada gawangan, tandan buah segar disusun rapi dan dibawa dari TPH ke pabrik. Tangkai buah pun segera dipotong dan dibersihkan dari segala kotoran. Pabrik kelapa sawit pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari, menggunakan sistem 5/7 yang artinya dalam 1 minggu terdapat 5 hari, 2 hari untuk sisa pemeliharaan alat panen dan masing-masing ancak panen diulang 7 hari berikutnya. Terdapat 3 sistem ancakan pada perkebunan kelapa sawit, yakni ancak giring murni, ancak giring tetap, dan ancak tetap, dimana pada 1 ancak tersebut terdiri dari 2-4 barisan tanaman yang berdekatan. Adapun untuk perbandingan jumlah pemanen yang dibutuhkan yaitu 1:1 pada setiap daerah tertentu. Kebutuhan tenaga kerja pemanenan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya topografi kebun, jenis alat angkut yang digunakan, umur pekerja, norma kerja, dan sistem kerja.


Maka secara sederhana proses kegiatan pemanenan buah kelapa sawit dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Setiap pemanen harus dibekali dengan perlengkapan keamanan dan peralatan panen yang lengkap.

2. Proses kegiatan panen mendapatkan prioritas utama dibandingkan dengan kegiatan lain (pemeliharaan kebun).

3. Setiap pemanen mendapatkan prioritas dan diberikan jumlah barisan panen yang telah ditentukan tergantung pada umur tanaman, produksi, bulan panen, dan kemampuan pemanen.

4. Tandan yang telah matang harus dipanen semuanya sesuai dengan kriteria 12,5-25% buah telah membrodol.

5. Pelepah daun yang menyangga buah terlebih dahulu dipotong dan diatur rapi ditengah gawangan.

6. Tandan buah yang akan didodos/egrek haruslah sedekat mungkin dengan pangkalnya (maksimal 2 cm). Tandan buah yang telah dipotong kemudian diletakkan teratur pada piringan dan semua berondolan dikumpulkan terpisah dari tandan, berondolan harus bersih dan tak kotor.

7. Memberikan tanda yang berisikan nomor penebang.

8. Tumpuk pelepah daun yang dipotong secara teratur pada gawangan.

9. Mengangkut semua hasil panen ke PKS, optimal dalam waktu kurang dari 24 jam (setelah dipanen).

10. Hasil panen dibersihkan dan siap untuk diolah menjadi produk-produk unggul kelapa sawit.

Our Recent Posts

Archive

Tags

bottom of page